Bagi pengaku penulis mula bergenre nonfiksi, membaca mestinya adalah hobi utama. Tanpa membaca, bahan menulis juga terbatas. Betul memang, menulis pengalaman, keseharian bisa menjadi topik sendiri. Tapi membaca akan memperkaya khazanah kata dan sudut pandang.
Pengalaman, perenungan, dan ungkapan rasa memang menjadi hal menarik untuk diuraikan. Namun, membaca juga akan memberikan hal baik, minimal inspirasi.
Menulis dan membaca –membaca mestinya didahulukan–, adalah satu kesatuan. Dalam aktivitas menulis ada pembacaan. Namun belum tentu sebaliknya.
Belakangan saya kurang sekali membaca. Buku tertumpuk di dalam kardus. Baru beberapa hari ini berhasil dibongkar. Belum semua.
Sebentar lagi puasa ramadan. Kesempatan untuk kembali membaca referensi tentangnya. Fikih puasa, hikmah puasa, keutaman dan nilai-nilai di dalamnya, termasuk aktivitas utama mengisi bulan mulia.
Mari kita persiapkan kembali ilmu, jiwa dan fisik kita menyambut bulan puasa. Agar tidak sekadar lapar dan dahaga.
Bulan Ramadan ibadah utamanya adalah puasa. Menahan diri dari hal yang tidak berguna. Sehingga seharusnya bulan ini adalah bulan produktif bagi hati, pikiran dan jiwa. Saya pikir menulis dan membaca salah satu yang harus meningkat.
(Wiyanto Sudarsono)