Seri Kelimabelas, Serial Jualan dengan Karakter
Kriiiiiiiiiing, dengan 10 “i”. Bisa jadi suaranya berbeda tergantung nada dering gawai kita. Saat dilihat (021) 123456, Great Jakarta. Atau 08wwxxyyzz46. Atau nomor tak dikenal lainnya. Dan bisa jadi nomor sudah kita simpan dengan nama kontak “kartu kredit”. Atau “sales berisik”. Atau nama dengan konotasi negatif lainnya.
Tidak kita angkat. Karena saat kita angkat, langsung banyak kalimat yang meluncur dari speaker gawai kita. Dengan alasan hanya ingin menjelaskan. Dua menit saja.
Bagaimana perasaan kita? Terbantu atau terganggu? Meski ada teman saya yang berusaha menghargai. Atau berempati dengan setia mendengarkan. Punya banyak waktu, mungkin. Meski pada akhirnya tetap menolak. Tapi sebagian besar mengeluhkan perilaku penjual melalui telepon tersebut.
Prinsip #15, Pastikan Upaya Penjualan Kita Tidak Mengganggu Pelanggan
Sebelum berkomunikasi dengan pelanggan, atau melakukan pendekatan dengan calon pelanggan, kita harus perhatikan 3M-nya. Momen, Media, dan Mood.
Pastikan waktunya tepat. Medianya pas. Pastikan kita perhatian dengan kondisi pelanggan dan kita siap untuk berempati.
Membuat janji, khususnya untuk pelanggan B2B adalah hal yang wajib. Agar kita tidak mengganggu mereka. Bisa janji bertemu atau janji menelepon. Janjiannya melalui SMS atau WA. Atau lewat sekretarisnya.
Saya senang dengan penjual sarana produksi pertanian. Yang mereka melakukan pendekatan atau presentasi kepada petani pada malam hari. Tepat, setelah salat Isya. Tidak pagi atau siang harinya. Saat petani – pelanggan-, sedang sibuk dengan tanamannya.
Atau mungkin, malah bertemu di sawah atau kebunnya. Saat petani mengamati tanamannya. Tergantung momen yang sesuai untuk pelanggan kita.
Termasuk ada pelanggan yang lebih senang dihubungi melalui pesan tertulis. SMS atau WA. Dari pada telepon atau bertemu langsung. Lebih memiliki fleksibilitas meresponnya.
Jangan sampai, kehadiran kita atau suara kita justru menjadi gangguan bagi pelanggan. Apa yang kita harapkan dari seorang penjual, itu yang harus kita penuhi saat kita menjadi Penjual.
Jika kita mengharapkan penjual itu harus mampu menjelaskan produk dengan baik, maka kita juga harus menguasai product knowledge yang kita jual. Agar tidak plegak pleguk saat menjelaskan ke pelanggan kita.
Poinnya, penjual, kita, harus berperilaku yang membuat pelanggan kita nyaman ketika berkomunikasi. Tidak berlebihan sebenarnya, jika kita bercita – cita menjadi penjual yang kehadirannya dinanti oleh pelanggan.
(Wiyanto Sudarsono)
Setuju bapak…