Posted on Leave a comment

Pilar Citizenship (3), Keberlanjutan Lingkungan

Seri Terakhir, Serial Jualan dengan Karakter

Sebagai seorang penjual, kita juga turut bertanggung jawab apabila produk yang kita jual membawa dampak buruk bagi lingkungan. Karena penjuallah yang membawa produk tersebut ke pasar.

Dampak buruk produk dapat timbul dan berpengaruh pada manusia. Hewan dan tumbuhan. Atau tanaman. Atau tanah, air, udara. Meski tanpa serangan dari negara api.

Baik karena sifat dan kandungan produknya. Ataupun cara pengambilan bahan bakunya. Bisa juga karena prosesnya. Maupun pemakaiannya yang tidak tepat. Baik karena penjual tidak menjelaskan dengan baik. Atau karena pelanggan tidak memedomani petunjuk penggunaan.

Prinsip #18, Maksimalkan Potensi Produk untuk Keberlanjutan Lingkungan

Bagi seorang penjual, makin banyak produk digunakan konsumen, makin senang. Umumnya demikian. Artinya makin cepat pelanggan membeli lagi.

Apalagi produk yang diketahui berdampak besar dalam tujuan penggunaan produk. Seperti pupuk anorganik (pupuk kimia).

Tidak pakai pupuk anorganik, dipastikan panen akan menurun. Bisa jadi malah tidak panen.

Tapi tidak demikian dengan pabrik pupuk satu ini. PT Petrokimia Gresik. Pabrik pupuk di bawah holding PT Pupuk Indonesia (Persero). Pabrik pupuk yang namanya tidak ada kata “pupuk”-nya.

Beberapa penjual Petrokimia Gresik yang saya temui, mengampanyekan penggunaan pupuk yang mangkus dan sangkil. Efektif dan efisien. Serta melarang menggunakan pupuk banyak-banyak.

Kampanye penggunaan pupuk yang tepat.

Selain itu, mereka (para penjual pupuk) juga mengombinasikan pupuk anorganik dengan pupuk organik.

Menurut mereka pupuk anorganik itu dapat mencemari tanah. Jika penggunaannya terus menerus tanpa diimbangi penambahan bahan organik ke tanah. Karena itu, pengguna pupuk harus berimbang dan tepat. Jumlah dan waktunya.

Penggunaan pupuk kimia berlebihan, malah dapat merusak kesuburan tanah. Mereka mengistilahkan dengan – – maaf– “memperkosa” tanah.

Tanah dipaksa untuk menahan bahan anorganik, sebagai makanan untuk tanaman. Tanpa dipikirkan “kesejahteraannya”.

Kampanye penggunaan produk pupuk yang tepat selalu disuarakan dalam berbagai kesempatan penyuluhan. Pengunaan yang tepat. Baik untuk tanaman. Baik untuk lingkungan. Langsung. Bertemu dengan petani. Pengguna pupuk. Untuk tanamannya.

Meski untuk produk yang bersubsidi (pupuk bersubsidi), di kemasan pupuk mereka belum ada cara penggunaan pupuk yang baik dan benar. Jadi tidak setiap waktu petani bisa melihat cara penggunaan pupuk yang tepat. Saya tidak tahu apakah ada larangan. Setahu saya tidak ada larangan, menampilkan cara pengguna produk di pupuk bersubsidi.

Jika kita bisa memberikan pendampingan tentang cara pengguna produk yang tepat, cara yang ramah lingkungan, itu tentunya akan berdampak positif. Positif terhadap lingkungan dan persepsi pelanggan.

Pendampingan secara langsung. Bisa juga melalui tulisan. Dalam bentuk petunjuk di kemasan.

Seperti mi instan. Yang masih saja mencantumkan cara memasaknya. Meski pembeli sudah tahu. Sejak lama.

(Wiyanto Sudarsono)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *