Posted on Leave a comment

Omnichannel: Sebuah Keniscayaan

Pembahasan Omnichannel, atau kanal Omni perlu dilakukan pembatasan. Jika tidak, dapat meluas kemana-mana. Saya akan membatasi hanya pada kanal atau saluran penjualan.

Omnichannel dapat diartikan sebagai integrasi antara kanal luring (offline) dan kanal daring (online) untuk memberikan pengalaman bagi pelanggan (customer experience) yang lebih baik (Kartajaya, 2018). Jika kita masukkan pembatasan kita di muka, pembahasan kali ini terkait kolaborasi kanal penjualan yang Omni (luring-daring) dari sebuah perusahaan.

Tidak bisa tidak, perusahaan kali ini harus dipaksa berubah. Dipaksa oleh keadaan yang sudah demikian menyatu melalui internet dan android, ups bukan hanya Android, Apple OS juga. Baik secara digital, transaksional, ataupun hubungan sosial. Sehingga ke-omnian dalam saluran penjualan tidak dapat dihindarkan. Jika ingin bertahan, apalagi ingin berkembang.

Tuntutan pasar (pelanggan) juga meningkat. Harus ada digital-digital di setiap titik sentuhnya. Harus ada pengalaman yang sifatnya online untuk sebuah produk yang bisanya ditemui atau digunakan secara offline.

Omnichannel menjawab itu, melalui penjualan melalui kanal offline dan online. Tidak hanya salah satunya. Omnichannel bukan mengubah secara total (total shift), tapi mengombinasikan dan mengkolaborasikan. Meski tingkat proporsinya bisa berbeda, tergantung produk dan situasi.

Seperti kondisi pandemi saat ini. Proporsi kanal penjualan online bagi restoran atau bisnis kuliner akan bertambah besar. Meski dengan berbagai pertimbangan, ada yang bahkan lebih offline dengan turun ke jalan, menjajakan kulinernya. Setelah lama gerainya sepi karena pembatasan jarak.

Kesadaran harus meng-omni-kan saluran penjualan sebetulnya telah meluas sebelum Pandemi. Namun pandemi membuatnya lebih cepat dan semakin luas, karena yang melakukannya bukan hanya yang sadar, tapi yang terpaksa untuk bertahan punya mencobanya.

Omni di Industri Pertanian

Industri pertanian juga tidak ketinggalan dalam keomnian ini. Salah satu penerima penghargaan Omni Brands of The Year 2020 dari Majalah Marketeers menjadi buktinya. PT Petrokimia Gresik (PG) mengomnikan hampir semua lini bisnisnya.

Selain kanal Penjualan melalui distributor dan retailer, PG mengembangkan kanal online dengan membentuk toko online dengan  nama Petromart. Beberapa tahun sebelumnya, Petromart ini menjadi jenama gerai resmi PG. Telah ada di Gresik, Bojonegoro, Nganjuk, Probolinggo, Pasuruan, Bondowoso, Tuban, Malang,dan Batu.

Anak usaha PG yaitu PT Petrosida Gresik yang memasarkan Pestisida juga melakukan langkah yang sama dengan. Mereka memiliki toko Sidamarket di marketplace tokopedia.

PG sebagaimana perusahaan terkini, tampaknya menyadari keniscayaan omnichannel ini. “Kedua ekosistem online-offline ini kami kembangkan untuk memperluas jangkauan kepada pelanggan. Kami juga melibatkan pelanggan secara aktif dalam penentuan produk pilihannya melalui berbagai kanal, baik offline maupun online”, demikian yang disampaikan Direktur Operasi dan Produksi PG, Digna Jatiningsih.

(Wiyanto Sudarsono)

Telah diterbitkan dengan judul yang sama di gemahripah.co dengan editor Made Wirya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *