Pada akhirnya semua kembali ke kita. Kita yang harus bersikap, beradaptasi, merancang dan melaksanakan strategi. Kita yang dimaksud adalah organisasi atau perusahaan, bisa juga pribadi.
Seperti apapun perubahan lingkungan bisnis dan hidup. Sekompleks atau sesederhana apapun kemauan pelanggan. Seagresif atau se-woles apapun pesaing (menurut kita). Akhirnya kita yang harus adaptasi. Untuk tetap produksi, memasarkan, dan membuat profit.
Kita yang harus bertahan. Kita yang harus tumbuh berjuang. Kita yang harus terus berkembang.
Untuk dapat melakukannya, kita harus meramu strategi. Strategi adalah semacam memilih dari serangkaian pilihan yang ada, untuk situasi, kondisi dan momentum yang tepat. Cepat dan tepat. Tidak terlambat.
Misalkan, saat petani membutuhkan pupuk dasar P. Pupuk bersubsidi SP-36 sudah tidak bisa diharapkan.
Sebagai penjual yang katanya jualan solusi, kita punya pilihan. Menyediakan pupuk P kualitas terbaik, TSP (P: 46%). Tentu dengan harga yang sesuai. Atau pupuk dengan kandungan maksimal 20%? Dengan harga yang bersaing. Atau mau menyediakan pupuk Fosfat alam kualitas bagus. Tentu dengan harga yang semoga bisa bagus. Itu pilihan. Kita yang memilih.
Atau ketika pelanggan kita menginginkan NPK formula tertentu. Kita punya formula lain. Kita pun punya pilihan. Berkata mohon maaf belum bisa produksi karena a, b, c, d. Atau menawarkan: kami sementara punya ini. Untuk dapat formula itu kita bisa tambahkan Urea sekian, KCL sekian, Kieserit sekian. Semua kami yang sediakan Pak. Misal demikian. Ada pilihan yang bisa kita ambil.
Bila kita bisa menyesuaikan startegi dengan momentum yang pas, klik, bukan tidak mungkin kita memiliki kesempatan. Kesempatan untuk bertahan dan berkembang.
Ada masa dimana anak tumbuh cepat. Demikian dengan usaha. Selama punya startegi yang sesuai lingkungan dan kondisi. Strategi apa yang kita gunakan di setiap momentum yang ada?
(Wiyanto Sudarsono)
Bacaan:
Momentum, 18 Kunci Utama Penggerak Bisnis. Hermawan Kartajaya. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta: 2019.