Seri-5, Mendengarkan untuk Melayani
Saya sepakat dengan memasukkan “mendengarkan” sebagai sebuah ketrampilan. Bukan anugerah yang didapat begitu saja. Namun didapat dengan usaha, dan terus saja atas izin Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga, ketrampilan mendengarkan bisa dilatih. Bisa diasah. Bisa ditingkatkan. Asal mau.
Seperti ketrampilan lainnya: membaca, menulis, mengemudi, mendengarkan perlu latihan dan pembiasaan. Saya senang menganalogikan semua ketrampilan seperti mengemudi mobil. Kita bisa mengemudi karena belajar, berlatih, dan mempraktikkan dengan lebih sering.
Tidak ada kaitannya dengan bakat. Kita tidak akan mengatakan kepada orang yang bisa mengemudi: “oh kamu bakat mengemudi“.
Menjadi pendengar yang terampil perlu belajar mendengarkan. Berlatih mendengarkan. Mempraktikkan mendengarkan di berbagai kesempatan berbincang ataupun aktivitas mendengarkan lainnya. Saya pun masih belajar. Ternyata tidak mudah, tapi bisa. Terlebih bagi saya yang memang ekstrover dan tidak segan mengeluarkan suara.
Ada beberpa poin penting yang saya pelajari dalam ketrampilan mendengarkan. Dan ini perlu mendapatkan perhatian serius.
1. Diam, fokus, dan memasang telinga lebar-lebar saat orang sedang berbicara.
2. Menangkap inti pembicaraan.
3. Mencatat atau mengingat poin-poin penting.
4. Melontarkan pertanyaan yang menggugah lawan bicara.
“Jika berbicara itu ibarat perak, maka diam ibarat emas“
(WS)