Belakangan ini frekuensi turunnya hujan lebih sering. Membasahi setiap ciptaan di bumi yang dipayungi langsung oleh langit-Nya. Tanpa terkecuali.
Pengaruh hujan ini tidak hanya secara fisik dan indrawi -jadi lembab atau basah-. Pengaruhnya juga pada jiwa dan pikiran. Sejuk, adem, tenang. Pas buat berfikir -seharusnya-.
Musim hujan, waktu yang tepat untuk melukiskan cita dan tentu saja: cinta. Seharusnya banyak kita habiskan bersama yang tercinta. Termasuk cinta kepada diri sendiri saja.
Melukiskan kenangan tentang hujan. Bermain air bersama anak –hujan hujanan–. Atau minum secangkir kopi berdua di teras belakang. Atau menggerakkan jempol di gawai: menulis tentang rindu. Terlebih saat-saat sedang jauh dengannya atau dengannyi. Gula terasa pahit karena tercampur kopi single origin mandailing.
Awan hitam masih bergelayut di atas sana. Menanti saat tepat menyusul saudaranya yang telah turun pertama. Masih ada yang tersisa.
Apakah di desa atau kotamu sedang hujan? Apa yang kau lukis saat hujan itu?
(Wiyanto Sudarsono)