Seri ke-13, Catatan Seorang Penjual

Saya tertarik untuk memulai Seri ke-13 ini dengan cerita. Semoga pembaca juga tertarik. Cerita yang akan saya ceritakan ulang dengan bebas.
Joseph Flom. Atau dikenal dengan Joe Flom. Seorang pengacara muda. Baru lulus. Saat sebagian pembaca saat ini mungkin belum lahir. Tahun 1940.
Ia mencoba menjual. Menjual kompetensinya yang luar biasa, sebagai pengacara. Dan salah satu mahasiswa terbaik di angkatannya.
Jualannya ke Firma-Firma Hukum (law firm) di New York.
Di tolak. Tidak berhasil. Artinya ia tidak diterima bekerja di firma hukum di sana.
Akhirnya, ia bergabung dengan firma hukum kecil yang baru berdiri, sebagai associate. Menangani semua masalah hukum, tidak pilih-pilih kasus. Termasuk hukum perusahaan yang tidak disenangi waktu itu. Masalah pengambilalihan (akuisisi) perusahaan. Joe Flom masuk ke bidang itu. Dan ahli, meski di awal-awal, tidak keren.
Tiga puluh tahun kemudian, jika seseorang memiliki perusahaan yang masuk dalam Fortune 500 (daftar perusahaan terbesar versi majalah Fortune), dan akan diambil alih orang lain, atau tengah melakukan perubahan – – transformasi mungkin– Joe Flom, pernah menjadi pengacaranya. (cerita dari Outlier, Malcolm Gladwell).
Situasi Penjualan
Sebagai penjual, kita mungkin pernah menghadapi pelanggan seperti firma hukum yang menolak Joe Flom.
Menolak tawaran kita. Padahal kita memberi mereka yang terbaik.
Calon pelanggan begitu percaya diri (PD). PD level tertinggi. Sampai Over-Confident. Kelewat PD. Simbolnya warna merah. Merasa tidak butuh solusi kita.
Dari calon pelanggan dengan respon seperti ini, kita paling susah mendapatkan penjualan. Bahkan kita bisa dipandang sebagai pengganggu. Atau Penyusup yang hanya ingin mengambil keuntungan dari situasi calon pelanggan yang sudah sangat-sangat mapan.
Tips
Sebaiknya kita menyiapkan hati. Tetap berpikiran positif. Anggap saja ini ujian.
Sebaiknya tetap pertahankan komunikasi. Sapalah sesekali. Langsung, SMS, WA, email, IG, FB, dan lewat media lainnya.
Kita tidak pernah tahu, siapa tahu calon pelanggan berubah pikiran. Atau pasangan pengambil keputusan berubah. Atau orang-orang yang mengambil keputusan sudah berubah.
Tetap rendah hati, sabar, dan selalu bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Calon pelanggan tidak membutuhkan kita saat ini, tapi mungkin membutuhkan kita di masa depan”.
(Wiyanto Sudarsono).