Posted on Leave a comment

Jemu Diri

Seri-15, Mendengarkan untuk Melayani

Foto oleh cottonbro studio (pexels.com)

Mendengarkan orang lain membicarakan dirinya sendiri, bisa jadi tidak nyaman. Apalagi disertai gelagat bangga dan tinggi hati. Apalagi ditambah kesan meremehkan pendengarnya. Jemu dan dongkol.

Rasa tidak nyaman mendengarkan cerita itu adalah penghalang bagi kita untuk aktivitas mendengarkan efektif. Perlu kita ingat kembali, bahwa kita sedang belajar mendengarkan. Bukan belajar berbicara. Jika sebagai pembicara kita harus membatasi dan meringkas pembicaraan tentang diri kita sendiri. Agar tidak membosankan, menjemukan, hingga pendengar muak. Pembicara hendaknya tetap di lingkup topik pembicaraan. Tetap berada pada konteks pertanyaan.

Jika kita harus mendengarkan orang berbicara tentang dirinya sendiri, secara panjang lebar, kita harus tetap mendengarkan. Pasti ada hikmahnya. Jika memang betul-betul tidak ada yang bisa diambil (dan ini jarang terjadi), kita masih dapat satu pelajaran: jangan jadi pembicara seperti itu.

Saat orang membicarakan dirinya, kita bisa mengambil poin penting, bagaimana ia/dia menghadapi masalah. Masalah apa yang pernah dihadapi. Solusi apa yang pernah dilakukan. Waktu apa yang penting bagi dirinya. Sehingga ketika ada kesempatan masuk, kita dapat menyampaikan dan mengubah arah pembicaraan. Atau akan berguna di pembicaraan berikutnya.

Misal, ketika ada seorang petani menceritakan kesuksesan dirinya berbudi daya. Hasilnya yang bagus. Keluarga dan anak-anaknya yang sukses kuliah dan ada yang masih kuliah. Itu bisa menjadi data penting kita mengetahui prospek/calon pelanggan kita.

Berikutnya kita bisa memberi ucapan selamat atas kelulusan kuliah anaknya. Atau atas ulang tahun pernikahannya. Itu bisa menjadi pintu masuk melakukan pendekatan dan pendalaman, untuk kemudian presentasi dan seterusnya sampai closing. Sebagaimana tahapan dalam penjualan

Tidak ada yang sia-sia dari mendengarkan. Meskipun bagi pendengar, pembicaraan orang lain mengenai diri kita (dan orang lain selain dirinya sendiri), akan lebih bisa diterima dan dipercaya. Dibandingkan apabila kita membicarakan diri kita sendiri.

Sebagai pendengar, kita harus siap dan bisa menerima ketika ada orang lain menceritakan dirinya sendiri. Karena bisa jadi itu muncul karena keberadaan kita. Entah karena pertanyaan atau karena pernyataan kita sebelumnya.

(WS)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *