Posted on Leave a comment

Jadilah Pendengar yang Baik

Seri Pamungkas, Mendengarkan untuk Melayani

Luangkan Waktu untuk Menyendiri. Belajarlah Mendengarkan wahai diri.

Saya ingin menutup seri “Mendengarkan untuk Melayani” dengan epilog kemarin. Namun, saya mendapati sebuah tulisan bagus sekali, tentang menjadi pendengar yang baik, dari buku karya Richard Carlson, “Jangan Membuat Masalah Kecil Jadi Masalah Besar (Don’t Sweat The Small Stuff … And It’s All Small Stuff)”. Saya menghendaki beberapa bagian dari artikelnya itu sebagai pamungkas serial ini.

Mendengarkan dengan efektif, lebih dari sekadar menghindari melakukan kebiasaan buruk: menginterupsi/menyela pembicaraan seseorang atau menghentikan kata-katanya. Sebenarnya, akan lebih memuaskan bila kita mendengarkan seluruh pikiran seseorang, daripada menanti dengan tak sabar giliran kita untuk meresponsnya.

Dalam beberapa segi, kegagalan kita untuk menjadi pendengar yang baik, merupakan cerminan cara hidup kita. Kita sering memperlakukan suatu komunikasi seolah-olah sedang melakukan perlombaan. Seolah-olah, tujuan kita adalah untuk tidak memberi jeda waktu, antara kesimpulan pembicaraan orang yang kita ajak bicara, dengan awal kalimat kita sendiri.

Memperlambat respons, akan menjadikan kita sebagai pendengar yang baik. Akan membantu kita menjadi orang yang lebih tenteram. Akan menghilangkan tekanan dalam diri.

Bila dipikir-pikir, kita akan merasa butuh sejumlah besar energi dan sangat membuat stres, bila kita ingin dengan cepat bangkit dari bangku kita, kemudian mencari tahu apa yang borang di depan kita (atau di ujung saluran telepon) ingin katakan, sehingga kita melancarkan serangan balasan. Pasti melelahkan.

Tetapi, bila kita menunggu orang yang berkomunikasi dengan kita untuk menyelesaikan perkataannya, dan sekadar mendengarkan dengan penuh minat apa yang diucapkannya, kita akan merasakan bahwa tekanan yang bisanya kita rasakan akan menghilang. Kita akan segera merasa santai, begitu juga lawan bicara kita.

Mereka (lawan/kawan diskusi) akan merasa aman memperlambat respons mereka sendiri, karena mereka tidak merasa sedang berkompetisi dengan kita.

Menjadi pendengar yang baik tidak hanya akan membuat kita menjadi orang yang lebih sabar, tetapi juga akan meningkatkan kualitas hubungan kita. Setiap orang senang berbicara dengan orang yang benar-benar mendengarkan apa yang mereka katakan.

Jika saya dapat rangkumkan, menjadi pendengar yang baik dimulai dengan niat mendengarkan. Dengarkan, jangan menyela. Pahami pembicaraan. Berikan jeda antara pemahaman/kesimpulan kita dengan respons yang akan kita berikan. Tahan, perlambatan respons kita. Respons, hanya kalau diperlukan. Sebagian besar yang kita dengarkan, jika dipikir ulang, mungkin lebih baik jika tidak direspons.

(WS)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *