oleh Wiyanto Sudarsono
Setiap ide yang muncul harus segera dituliskan. Tujuannya agar tidak lupa. Karena lupa ide untuk ditulis, rasanya nyesek, galau.
Menulis ide juga akan memudahkan memilih dan memilah, mana ide yang akan dikembangkan menjadi tulisan. Demikian tips yang saya pahami saat membaca tulisan mentor kami. Tulisan yang membahas tentang kebanjiran ide.
Kemarin dan sampai saat ini saya berpotensi kehilangan ide. Bukan ide untuk menulis. Tapi kumpulan ide yang telah muncul, termasuk pikiran pokok ide tersebut. Saya menyengaja menulis pikiran pokok (kerangka tulisan) yang akan dikembangkan jadi paragraf. Untuk memudahkan penulisan dan pengembangan, terutama saat kegiatan menulis harus terjeda.
Tulisan ini juga terjeda. Saya mulai di GraPARI, sambil antre menunggu layanan. Kemudian saya lanjutkan di kantor saat rehat sebentar.
Dengan adanya kerangka, melanjutkan jeda tulisan akan lebih mudah. Sisa menulis apa yang sudah ditulis pokok kalimatnya.
Ide biasanya saya ditulis di gawai pintar. Di aplikasi “catatan” (Notes). Sekitar pukul 15.00 WIB Selasa kemarin (18/8) gawai bermasalah. Gawai memulai ulang (restart/reboot) berulang dan tidak selesai. Salah satu solusinya harus di kembalikan ke penyetelan awal. Potensinya, data hilang semua. Termasuk catatan tentang ide tulisan. Semoga catatan itu tercadangkan di aplikasi awan (cloud) milik produsen gawai. Saat ini gawai itu dengan ditangani “dokter” gawai.
Sinkronkan
Tulisan sebaiknya kita cadangkan di lokasi lain. Jika hanya di kertas, bisa hilang, sobek, atau basah. Di komputer atau di penyimpan digital (flashdisk atau hardisk) bisa terkena virus, atau terselip.
Saya mencoba menyimpan di minimal dua tempat berbeda. Di komputer, flashdisk, atau dikirim ke WA sendiri. Bisa juga disinkronkan dengan aplikasi penyimpanan daring semisal Google Drive atau aplikasi cloud.
Bisa juga diunggah di media sosial. Jika sudah berbentuk tulisan. Jika masih ide, bisa juga, mungkin dengan membuatnya jadi kalimat pendek.
Rezeki Ide
Ide belum tentu muncul dua kali. Karena itu segera pindahkan ke media tertulis. Itu prinsip yang baik.
Kehilangan ide yang belum tentu muncul lagi, tentu sedih, tapi tidak seharusnya seharusnya menyesal. Cukup segera bangkit menulis lagi, mengamati lagi, membaca lagi, belajar lagi.
Jika ide itu bagian dari rezeki kita, akan muncul lagi atau datanya tidak hilang. Jika bukan rezeki kita, mau dikejar sampai manapun tak akan dapat.
Bismillah. Selamat menulis lagi.
(Wiyanto Sudarsono)