Oleh: Wiyanto Sudarsono
Salat Asar di sebuah Masjid di Kabupaten Kepahiang. Dalam perjalanan menuju Curup, Rejang Lebong, Bengkulu.
“Lagi ada acara Pak“. Ucap ragu teman semobil kami.
” Kan waktunya salat Asar, tentu saja ramai“.
“Banyak sandalnya. Tampaknya acara ibu-ibu“. Lanjutnya, masih memendam ragu tampaknya.
Agak ragu kami keluar mobil, berjalan ke teras masjid.
“Anak-anak mengaji“. Celetuk saya.
Sambil menuju toilet dan tempat wudu kami bercakap singkat.
“Sudah jarang kita temui suasana seperti ini“. Ucap saya kepada tiga kawan saya. Mereka mengangguk. Tanda setuju.
Setelah salat Asar berjamaah –kami masih dapati satu rakaat– perbincangan kami lanjutkan. Anak-anak dibimbing seorang pengajar sedang mengulang hafalan surat an-naba’. Saya meminta kawan mengambil gambar.
Sambil jalan ke lantai dua, untuk dapat sudut gambar yang bagus, saya masih merasa sangat rindu dengan suasana ini. Hampir saya menangis. Ada rindu di jiwa. Karenanya aku ungkapkan dalam kata:
kampung halaman di sana, dulu kita semua punya
Kenangan tak terlupa, bersama kawan seusia
Demi mendapat ilmu yang berharga, berdiri menghafal tak membuat jera
Saya berlari membeli siomay. “Ramai sekali anak-anak mengaji“. Saya buka percakapan, berharap dapat informasi.
” Iya, karena di sini ada pelajaran menghafal. Orang tua suka anaknya mengaji di sini“.
Ketemulah jawabnya. Penyebab ramainya anak-anak. Sampai dua kelas dibuka. Sebelum asar satu kelas, setelah Asar satu kelas lagi.
Semoga Allah menjadikan kebaikan bagi pengajar, pengurus dan semua orang yang terlibat dalam pengajaran anak anak.
“Katakanlah (Nabi Muhammad), “Bekerjalah! Maka, Allah, rasul-Nya, dan orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu. Kamu akan dikembalikan kepada (Zat) yang mengetahui yang gaib dan yang nyata. Lalu, Dia akan memberitakan kepada kamu apa yang selama ini kamu kerjakan.”
(At-Taubah [9]:105)
(Wiyanto Sudarsono)