Posted on Leave a comment

BEBAS: Bukan Fotografer

Harian Disway Hal. 20

Oktober adalah Bulan Bahasa dan Sastra Nasional. Di bulan inilah, Pemuda dan Pemudi hebat mengikrarkan tiga sumpah pada tahun 1928 silam.

Tahun ini, Disway kembali mengadakan perayaan. Kali ini tentang penggunaan bahasa Indonesia di ruang publik. Reklame, spanduk, poster, brosur, papan petunjuk, dan pamflet.

Meski judulnya bulan bahasa dan sastra, kali ini cukup dengan mengirim foto. Foto dari media di ruang publik yang kurang tepat penggunaan katanya.

Saya menemukan yang menarik. Sebuah papan petunjuk bertuliskan: Area Bebas Parkir. Terletak di salah satu swalayan di Jalan Sumatera, GKB, Gresik.

Foto tersebut saya unggah di Instagram (IG). Saya tandai tujuh orang teman. Syarat mengikuti perayaan bulan bahasa dan sastra disway, harus menandai minimal tujuh orang teman dan mencantumkan beberapa tanda pagar (tagar/hastag).

Karena saya bukan fotografer, saya tambahkan beberapa kalimat agar lebih menarik. Termasuk sedikit penjelasan dari sisi penggunaan bahasa dalam papan petunjuk tersebut.

Berikut unggahan saya di IG:

Papan Petunjuk: Area Bebas Parkir

BEBAS
Penggunaan kata “bebas” tentu seharusnya tidak lepas dari enam makna ‘bebas’ dalam KBBI. Mari kita coba mencocokkan enam makna tersebut dengan frasa “Area Bebas Parkir” untuk makna yang diinginkan: lokasi parkir tidak berbiaya.

1. Lepas sama sekali (tidak terhalang, terganggu, dan sebagainya sehingga dapat bergerak, berbicara, berbuat, dan sebagainya dengan leluasa). Dengan makna ini penggunaan kata “bebas” pada frasa tersebut malah bertentangan dengan makna yang diinginkan.

2. Lepas dari (kewajiban, tuntutan, perasaan takut, dan sebagainya). Ini juga menjadikan kata bebas pada frasa menjadi tidak sesuai untuk makna yang diinginkan.

3. Tidak dikenakan (pajak, hukuman, dan sebagainya). Ini bisa ke arah makna yang diinginkan, namun pada posisi kata yang tidak tepat. Pada akhir tulisan ini akan kita sampaikan alternatif penggunaannya.

4. Tidak terikat atau terbatas oleh aturan dan sebagainya.
5. Merdeka (tidak dijajah, diperintah, atau tidak dipengaruhi oleh negara lain atau kekuasaan asing).
6. Tidak terdapat (didapati) lagi.

Makna keempat sampai keenam juga menunjukkan ketidakkesesuaian makna “area bebas parkir” sebagai “lokasi atau tempat untuk parkir bebas biaya”.

Bahkan jika kita mencari makna “bebas parkir” di KBBI lebih terkejut lagi: bebas dari kendaraan terparkir; dilarang parkir.

Alternatif frasa atau kalimat untuk “tempat parkir tidak berbiaya” di antaranya:
1. Area Parkir Bebas Biaya
2. Area Parkir Gratis
3. Tempat Parkir Gratis

Jika subjek kalimat hendak dihilangkan untuk menyingkat penulisan karena telah diketahui makna bahwa tempat atau area ini:
1. Bebas Biaya Parkir
2. Parkir Gratis
3. Parkir Tak Berbayar.

Salam bulan bahasa dan sastra.

(Wiyanto Sudarsono)

#hariandisway #medianyaDahlanIskan #BulanBahasaDisway

Foto saya tersebut ternyata dimuat di harian disway edisi 18 Oktober 2020 di Halaman 20. Alhamdulillah. Tentu saja saya akan mendapatkan bingkisan menarik dari harian disway. Sebagaimana pesan langsung (DM) dari harian disway kepada saya Senin lalu.

Itu akan menemani kaos disway yang telah saya peroleh tahun lalu. Tahun lalu kita diajak mengamati unggahan disway (disway.id) dan pesohor Indonesia di media sosial. Kemudian, kita diminta menanggapi penggunaan bahasanya. Menarik, ayo ikut!!

(Wiyanto Sudarsono)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *