Posted on Leave a comment

Utilisasi Maksimal

Ilustrasi karung pupuk sisi belakang

Wacan Esuk

Utilisasi Maksimal

“Tidak semua air itu Aa” disusul jinggle singkat khasnya (dengan nada “ada Aa”). Itu suara ketika taksi yang saya tumpangi memulai perjalanan dari Bandara Soekarno Hatta ke Kemanggisan, Jakarta Barat. Beberapa waktu lalu.

“Baru Pak ini, iklan air pakai suara di taksi”.
“Iya. Yang tulisan di jok juga ada, tapi saya belum dapat”.

Hebat betul taksi ini. Mbatin saya. Benar-benar memaksimalkan core business (taksi)-nya untuk mengahasilkan pendapatan. Tidak semata hanya jasa transportasi.

Apakah di industri pertanian bisa memaksimalkan hal serupa? Saya kira bisa. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Meski tidak langsung mengahsilkan pendapatan. Tapi potensi ada.

Utilisasi kemasan karung pupuk

Tidak banyak karung dari grup pupuk terbesar di Indonesia yang mengoptimalkan fungsinya sebagai media pemasaran. Cara pemakaian pupuk saja, hanya beberapa produk yang mencantumkannya. Sebagaian Besar templatenya: depan informasi produk, belakangan putih polos. Eman. Sayang. Kemasan hanya sebagai pelindung produk. Itupun kalau tidak kena paku atau Logan tajam lainnya.

Padahal, bagian polos bisa diisi berbagai macam informasi. Misal cara dan dosis penggunaan pupuk. Secara otomatis akan mempromosikan pupuk jenis lain dari Grup. Karena pemupukan akan dan dapat difomulakan untuk lebih dari satu jenis pupuk.

Saya tidak melihat ada larangan untuk itu. Atau mungkin pembaca mengetahuinya.

Karung, juga bisa sebagai media Informasi marketing channel milik perusahaan. Produk (dan kemasannya), adalah media yang paling menjangkau pelanggan. Tidak brosur, tidak pemasar/penjual, tapi produk itu sendiri. Cantumkan saja info media sosial di situ.

Itu mengapa pemasaran dan penjualan adalah seni. Pemasar dan penjual bisa melakukan sembarang kalir (berbagai macam) strategi dan aktivitas. Tapi produk itu sendiri yang harus di beli oleh konsumen.

Sales Channel

Utilisasi atau pemberdayaan saluran penjualan bagi Grup adalah hal wajar dan masuk akal. Satu sales channel (atau pelanggan) yang sudah menjadi bagian dari salah satu anggota Grup, dapat menjadi calon prospek bagi yang lainnya. Referal prospecting, dalam sales operation.

Di dunia digital sangat mudah melihatnya. Bagaimana jika kita melihat atau mencari sesuatu di IG, bagaimana data itu digunakan oleh Grup Meta yang lain. Feed di media yang lain, akan mengarah ke topik itu.

Sales Forces

Ini sepertinya sudah mulai dilakukan. Memang ini sangat tergantung mazhab yang diambil. Kalau saya lebih senang dengan mazhab sentralisasi bebasis pasar (b2b atau b2c). Untuk kelompok target pasar yang sama, maka dikelola oleh satu unit yang sama. Lebih kecil lagi, untuk jenis target yang sama ditangani oleh satu orang yang sama.

Jangan sampai, pelanggan atau sales channel, dalam sehari membuat kopi untuk 4 orang, tapi dari perusahaan yang sama. Hanya beda unit kerja. Cegeh (enek) itu pelanggan kita.

Adakah hal lain yang bisa diutilisasi lagi? Silakan komen di bawah!

(WS)

Posted on Leave a comment

Kota Cinta

Saat aku melewati kota si dia
Aku mencintai setiap pintu dan temboknya
Namun, bukan kota itu yang ku cinta
Melainkan orang yang tinggal di dalamnya

Kutipan syair yang seingat saya ada di buku Taman Orang Orang yang Mencinta karya Ibnul Qayyim.

Setiap kota ada pecintanya. Dan ada cinta di dalamnya. Seperti kota satu ini, yang dihubungkan dengan cinta sejati orang yang pernah memimpin negeri: Habibie, Baharuddin Jusuf Habibie. Yang cintanya di kenang secara mendalam oleh kota ini: Parepare.

Kota dengan pantai sunset yang indah. Parepare menjadi pelabuhan datang maupun beranjak ke negeri seberang, Kalimantan. Dengan membawa cinta dan harapan.

Bagi kami, kota ini, adalah kota transit. Saat kami melintas Makassar ke Palopo  atau sebaliknya. Dengan membawa sejuta cinta pula. Dari berdua, menjadi bertiga. Dan kali ini melintas lagi, tidak hanya bertiga, tapi berlima.

Parepare. Telah berubah engkau. Saat ini telah berdiri Rumah Sakit Regional dr. Hasri Ainun Habibie. Bukti cinta lain lagi. Maka tidak salah pemimpin kota ini begitu bangga dengan Kota dalam pembukaan turnamen panahan Walikota Cup.

Buah hati kami masuk 8 besar. Namun harus menyadari perjuangan di turnamen itu. Sayang, tapi kami bangga dengan segala perjuangannya dan perjuangan Bundanya. Mulai menemai latihan sampai duduk di sisi kanan sepanjang perjalanan. Ayahnya sibuk menyimak perkuliahan atau sibuk memejamkan mata.

Semoga keberkahan tersimpan di kota Cinta ini.

(WS)

Posted on Leave a comment

Sapta Astha Merdeka

Sapta bermakna tujuh, astha berarti delapan, dalam bahasa sansekerta. Tervisualisasikan dalam peta strava saya edisi 12 Agustus 2023.

Tahun ini, Indonesia kita berusia 78 tahun. Sejak 1945, tahun dideklarasikannya kemerdekaan bangsa. Tema perayaan HUT RI tahun ini adalah “Terus Melaju Untuk Indonesia Maju”.

Sambil berjalan, saya memikirkan dan mengambil hal menarik dari angka 78, yang berurutan. Tujuh kemudian delapan. Mengaitkannya dengan laju untuk kemajuan bangsa.

Saya mencoba memakainya sebagai bertumbuh, melaju secara bertahap. Selangkah demi selangkah. Setahap demi setahap, kemudian terus tumbuh untuk maju. Sebagaimana langkah dalam berjalan, sebagaimana ayunan kaki dalam berlari. Kita tidak bisa melewati satu langkahpun, ketika terlewat, namanya menjadi melompat. Itupun satu-satu.

Tujuh delapan (78), serupa dengan tanggal hari ini 12. Angka kedua satu level lebih tinggi (cocokologi). Semakin menarik.

Filosofi “Pohon tidak tumbuh dengan tergesa-tergesa”, juga cocok dengan makna melaju. Seberapa besar percepatannya, tetap dijalani dengan bertahap. Nikmati prosesnya, hargai hasilnya. Alhamdulillah atas nikmat kemerdekaan ini. MANTAP.
(WS)
#VIRALKemerdekaanRI78 #VIRALPupukIndonesia2023

Posted on Leave a comment

Jangan Takut Bahagia

Seri Pamungkas, Layanan

Saya ingin menutup bagian ini dengan artikel pendek dari buku yang sedang saya baca belakangan ini. Sebuah hal yang patut kita renungkan. Dan ini sangat berkaitan dengan kita yang bekerja di dunia penjualan dan layanan.

Ternyata kita sering lupa untuk bahagia, dalam waktu terpanjang dalam hari-hari kita: jam kerja.Padahal, kita tidak bisa melayani dengan baik, jika kita tidak bahagia. Seolah kita tidak bahagia dengan pekerjaan kita.

Kita tidak rela jika diri kita bersemangat tinggi, ceria, menginspirasi, dan tetap santai. Bangun pagi siap bekerja dengan senyuman merekah. Dengan kata lain: BAHAGIA, terutama ketika sedang bekerja.

Seolah kita takut jika terkesan bahagia dihadapan orang lain. Seolah bahagia itu tercela. Seolah bahagia itu dosa. Seolah bahagia dalam bekerja itu salah. Atau ada pandangan bahwa: “orang yang bekerja dengan senang,  bahagia, santai, pasti bukan pekerja keras”. Apakah orang yang bahagia berarti kurang motivasi? Apakah orang yang kelihatan bahagia tidak sanggup bertahan di dunia yang serba kompetitif?

Orang yang bahagia dalam bekerja,  adalah orang yang mencintai pekerjaannya. Mustahil bahagia tanpa cinta. Bahagia dalam bekerja, artinya bekerja dengan cinta sebagai motivasi puncak.

Sebaliknya, orang yang tidak berbahagia dalam bekerja akan terhambat oleh ketidakbahagiaan atau stresnya sendiri. Menjadi tidak kreatif, murung, misuh (mengumpat) meski dalam hati, menjadi robot dan akhirnya: kartu mati.

Saya juga meyakini bahwa tidak ada yang keliru jika kita bahagia, ramah, sabar, tenang, santai dan pemaaf dalam bekerja. Saya sedang dan terus belajar untuk itu. Dengan harapan akan mendapat kebaikan yang besar, secara pribadi (ketenangan) maupun secara profesional (memberikan layanan lebih baik).

Dengan berbahagia, kita juga berharap dapat menjadi orang yang menginspirasi orang lain, kreatif, dan lebih bergairah untuk berkontribusi. Kemudian lebih tangguh menghadapi tantangan, dan pulih dengan cepat. Bahkan di “war zone” sekalipun.

Jangan takut bahagia. Jangan takut bahagia dengan pekerjaan kita. Jika tidak bahagia, toh kita jalani juga. Lebih baik menjalani dengan bahagia bukan?!

(WS)
Bacaan: Jangan Membuat Masalah Kecil di Tempat Kerja Jadi Masalah Besar. Richard Carlson, Phd. GPU: 2022.

Posted on Leave a comment

Bijaksana dengan SOP

Seri-19, Layanan

Sistem kerja yang baik akan membekali pekerjaannya dengan SOP (Standard Operating Procedure – Prosedur Operasi Standar atau Tata Cara Kerja Baku). Kita patut mempertanyakan sistem kerja organisasi, jika tidak memiliki SOP yang jelas dalam suatu pekerjaan.

Dalam kaitannya dengan sistem pemberian layanan, SOP berfungsi sebagai pedoman pelayanan. Seluruh staf dilatih untuk mengikuti keseluruhan tahapan dalam prosedur. Bilang terlupa, bingung, masih baru, maka lihatlah prosedur.

SOP juga digunakan untuk menilai kinerja. Jangan sampai layanan di bawah standar. Pelayanan di atas standar tentu menjadi harapan. Namun, SOP juga tidak jarang menjadi penjara. Yang hanya karena ingin memenuhinya, kita tidak dapat -atau takut- melakukan langkah-langkah lain yang mungkin diperlukan.

Bijaksana terhadap SOP

Mohon maaf Kak, kami hanya mengikuti prosedur“. “Maaf Pak, SOP kami tidak memperbolehkan begitu“. Mungkin kita pernah mendapat jawaban semacam itu. Ketika kita mengharapkan ada kebijaksanaan dari petugas yang melayani kita. Bukan kebijaksanaan yang didapat, namun kekakuan dengan tameng SOP.

Parahnya lagi, tidak jarang SOP menjadi biang perseteruan antar unit. Satunya bwviti kaku dengan SOP tanpa pandang detail permasalahan. Satunya dinilai tidak paham SOP. Bahkan, tidak jarang SOP jadi sumber ketakutan untuk bertindak dan berinovasi dalam layanan. Korbannya adalah pelanggan: internal maupun eksternal.

Kebijaksanaan dalam layanan merupakan pengambilan keputusan ketika diharapkan pada situasi dan kondisi tertentu. Umumnya tidak normal. Biasanya belum ada pakem/paduan yang jelas untuk penanganannya.

Pernah suatu ketika, perusahaan melakukan perubahan di sistem utama /ERP (Enterprise Resourse Planning). Perubahan ini mengubah sistem layanan pengambilan barang. SOP yang berlaku dan diketahuai pelanggan masih SOP lama.

Pelanggan/Distributor hendak melakukan pengambilan barang, format dokumen yang digunakan tidak sesuai. Truk tidak bisa masuk. Tidak bisa ambil barang, normalnya harus pulang.

Mendengar itu, saya langsung berkoordinasi dengan penanggung jawab pintu masuk, jembatan timbang, dan pihak distribusi. Saya tanyakan apa yang dibutuhkan agar truk dapat dilayani, selain kembali. Bersyujurnya, tim layanan distribusi punya kebijaksanaan. Harus ada pengantar dari unit penjualan. Saat itu, saya langsung buatan surat, menjelaskan dan meminta persetujuan ke atasan dan menyampaikan surat pengantar. Truk dapat dilayani.

Itu adalah kebijaksanaan. Bayangkan, betapa akan mengecewakannya jika truk harus pulang. Berapa biaya yang harus dikeluarkan pelanggan.

Tentu kebijaksanaan ada batasnya. Ada ketentuan yang tidak boleh dilanggar, terutama terkait keamanan atau regulasi Pemerintah. Jika ragu atau sulit mengambil keputusan, segera konsultasikan kepada pimpinan. Kita sebaiknya mulai mengamati, mana yang bisa kita ambil tindakan langsung, mana hang perlu arahan.

Dalam memberikan layanan, saya sepakat dengan opini: “lebih baik berani mengambil inisiatif dalam melayani pelanggan, meski terkadang salah. Dari pada takut salah, sehingga menghindar dan tidak peduli keadaan pelanggan.”. Jika belum ada aturan yang jelas, maka ini saat kita membuat aturan sesuai kondisi yang kita hadapi.

(WS)
Bacaan:
Grow Your Sales WOW Your Service!. Hermawan Kartajaya, Edwin Hardi. GPU. 2016.

Posted on Leave a comment

Komunikasi Konflik

Seri-18, Layanan

Gambar oleh SevenStorm JUHASZIMRUS (pexels.com)

Konflik adalah hal yang mungkin saja terjadi. Bahkan tidak bisa dihindari, seberapa keras kita telah berusaha. Besar atau kecil, sengaja atau tidak, konflik dapat terjadi. Dengan atasan, dengan tim, dengan rekan, bahkan dengan pelanggan. Karena hampir pasti terjadi, kita harus dapat menghadapi.

Konflik itu sendiri, bukan masalah sebenarnya. Cara konflik itu ditangani, itu yang meski dipikirkan secara hati-hati. Penyelesaian konflik dapat menjadi penyatu. Penanganan yang tidak tepat dapat membuat semakin jauh.

Ketrampilan komunikasi yang tidak baik, dapat memperparah konflik, bahkan biasanya itu yang memicu konflik. Sebaliknya, komunikasi yang baik dalam berkonflik akan menjadi lem perekat hubungan.

Komunikasi yang dimaksud disini tidak semata-mata apa yang diucapkan (voice, suara, intonasi dll). Namun juga meliputi bahasa tubuh (malah ini yang terbesar) dan verbal (termasuk pilihan kata).

Ketiga aspek komunikasi di atas, tetap dalam sebuah kotak yang saya sebut: niat, kemauan untuk berkomunikasi. Dalam hal penanganan konflik, ada kemauan untuk mengomunikasikan dan niatan untuk menyelesaikan, minimal membuat kondisi lebih baik.

Belum lama ini saya dan tim mendapatkan hal menarik. Perubahan di salah satu tim penjualan kami, memicu konflik dan ketidaknyamanan.

Kami memperhatikan, komunikasi tidak berjalan baik. Bertemu saja jarang, bagaimana mau berkomunikasi dengan nyaman. Bertemu yang saya maksud adalah Bertemu fisik maupun online dalam zoom ataupun aplikasi lainnya.

Bahkan, saya mendapati soal diskusi pekerjaan, delegasi yang sifatnya formal, tidak berjalan mulus. Lebih lagi komunikasi informal.

Kami menilai, komunikasi yang tidak berjalan baik akan menimbulkan prasangka. Ketika berprasangka akan menimbulkan perasaan dan dugaan yNg berkecamuk hingga menimbulkan ketidaknyamanan. Itu berbahaya.

Kami menyarankan untuk membuka komunikasi. Menunjukkan niat memperbaiki. Harus mau membuka diri. Itu kami sarankan dengan pihak yang berdiskusi dengan kami.

(WS)

Posted on Leave a comment

Sehat Pikiran

Seri-17, Layanan

Para penjual -sebagaimana manusia seharusnya- harus tumbuh. Menjadi lebih baik. Lebih positif. Lebih dewasa. Karena itu, selain nutrisi untuk badan, kita membutuhkan nutrisi untuk pikiran: pengetahuan.

Nutrisi yang paling murah adalah bahan bacaan. Silakan membaca apapun dengan media yang tersedia. Membaca dengan tujuan tertentu. Yakni pengembangan diri, pengetahuan, pemahaman, dan  Ketrampilan.

Hati-hati dengan membaca yang mengaburkan tujuan perkembangan. Ini peringatan bagi saya juga. Membaca gosip di media masa, atau media sosial, atau membaca pesan yang tak berkaitan dengan kerjaan atau tujuan di aplikasi pesan singkat terlalu lama.

Membaca adalah belajar yang sangat aktif. Selain mata, pikiran harus senantiasa terjaga. Sedikit berbeda dalam usaha dengan sumber lainnya: audio atau video.

Belajar lewat pelatihan memang cepat dan masih diperlukan. Namun, pelatihan sangat terbatas dalam jangkauan. Terlebih mengingat sumber daya yang diperlukan: waktu, tenaga, dana.

Membaca lebih utama karena lebih murah, lebih fleksibel tanpa batas waktu. Kemauan adalah kunci utama untuk belajar dari membaca.

Variasi bacaan juga diperlukan. Terutama terkait pengambangan diri dan pemahaman. Ini akan membuat kita menjadi bijak dan berpikiran positif. Untuk ketrampilan, saya lebih senang memilih satu sumber terpercaya, untuk tiap ketrampilan yang ada.

Saya memiliki beberapa rekomendasi buku pengembangan diri dan beberapa ketrampilan penjualan. Baik yang sudah maupun yang sedang saya baca, saya dapat sebutkan beberapa di antaranya:

1. Buku mendengarkan yang menjadi inspirasi dari Side A (serial sebelumnya) buku ini.
2. Buku”Jangan Membuat Masalah Kecil Menjadi Masalah Besar” karya Richard Carlson, termasuk serialnya “ditempat kerja”, “dalam hubungan cinta”, “dalam mengasuh anak”.
4. Buku buku ketrampilan penjualan dari Makplus (Hermawan Kartajaya, dkk) sangat saya rekomendasikan. Misal, Grow Your Sales, WOW Your Service.
5. Buku karya Malcom Gladwel menjadi buku favorit saya.
6. How to ready A book, buku ketrampilan membaca yang menarik.

Bacalah. Menjadi kata perintah yang sakral, Juga menjadi perintah istimewa di dalam Alquran. Membaca memiliki posisi istimewa. Karena itu, mari kita bertumbuh dan positif dengan membaca.

(WS)

Posted on Leave a comment

Sehat dan Bugar

Seri-16, Layanan

Ilustrasi Pemantauan Kesehatan

Bapak saya seorang yang visioner. Dengan profesinya sebagai seorang Sopir dan sekaligus menjalankan bisnis keluarga, mungkin membuatnya berpandangan jauh ke depan.

Nasihat yang sering diulang-ulangnya -saat kami dulu masih sekolah- adalah soal kesehatan. “Tidak peduli setinggi apapun pendidikanmu, sepandai apapun dirimu, jika kesehatanmu rusak, semua itu percuma”. Perkataannya serius, ketika menasihati kami perihal kesehatan.

Saat ini, nasihat itu masih sesekali kami dengar. Dengan intonasi yang lebih lembut. Mungkin, karena kami sudah dewasa. Terutama saat dilihatnya kami -anak atau cucunya- ada yang melakukan diet terlalu ekstrem. Atau terlalu gemuk. Atau ada kejadian luar biasa terjadi terkait kesehatan dilingkungan kami.

Tidak ada kata terlambat memperbaiki kondisi kesehatan. Atau sekaligus meningkatkan kebugaran badan.

Untuk memberikan layanan yang prima kepada pelanggan, tentu kita harus memberikan layanan terbaik untuk diri kita sendiri. Kesehatan dan kebugaran harus kita jaga. Badan ini karunia Tuhan, yang harus kita pertahankan kondisinya.

Kita seringkali mengeluhkan tak punya waktu berolah raga. Padahal, menscroll smartphone berjam-jam kita meluangkannya. Saat ini saya berani berkata demikian. Sudah lebih 18 bulan saya konsisten jalan kaki minimal 2,5 KM setiap hari. Dengan frekuensi rata-rata tidak kurang dari 20 kali setiap bulan.

Bolehlah kita sedikit hitung-hitungan matematis. Soal waktu. Total waktu berolah raga yang kita lakukan, bisa jadi lebih sedikit dibandingkan waktu yang tidak optimal, jika sakit karena kesehatan dan kebugaran kita menurun. Misal kita menginap di rumah sakit 3 hari. Setara 72 jam kita tidak dapat berbuat apa-apa. Itu sama dengan 148 hari kita berolah raga setengah jam setiap hari.

Saat ini, Alhamdulillah, menurut dokter Gizi, tubuh saya sudah masuk katagori sehat. Kalau sekadar sehat. Meski masih di atas normal di level bawah. Sedikit lagi normal. Saya masih terus berjuang menurut ideal.

Tentu perubahan kebiasaan membutuhkan daya dan usaha lebih. Butuh motif. Carilah motif itu. Paling tidak, motif terendah yang bisa diungkapkan adalah: untuk mencapai target-target dan cita-cita kita harus sehat.

Bahkan kadang perlu paksaan. Bersyukurlah jika perusahaan Anda memiliki program peningkatan kesehatan pegawainya.

Sebagian orang berpendapat butuh 21 hari atau kali untuk dapat konsisten -membiasakan diri-. Butuh 10.000 jam untuk menjadi ahli. Itulah mengapa.ada iklan tantangan 21 hari untuk menjaga kebersihan gigi.

Kesehatan dan Kebugaran penting. Batuk, pilek, meriang akan sangat mengganggu. Kita jadi tidak produktif. Kita bisa melayani lebih baik, lebih banyak pelanggan, jika kita menjaga kesehatan dan kebugaran kita dengan baik.

Semoga Allah senantiasa memberikan keberkahan usia dan kesehatan untuk kita semua.

(WS)

Posted on Leave a comment

Komunikasi Layanan

Seri-15

Foto oleh Christophe Leclaire (pexels.com)

Mas, tanah di bawah tanaman sawit, paling bagus ditanamai apa ya Mas?” Petani sawit lewat paruh baya menanyakan kepada Salesman/ Penjual pupuk terkemuka.
Harus ditanam leguminous cover crop pak?” Jawab sang salesman yang diikuti dengan sederet penjelasan dengan bahasa ilmiah pertanian.
Opo kui Mas????

Untuk dapat memberikan layanan kepada pelanggan, dibutuhkan kepedulian terhadap kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Dan hanya dapat dicapai dengan adanya komunikasi.

Komunikasi bukan hanya menyampaikan informasi: berbicara. Namun sebaliknya, lebih banyak mendengarkan. Kita telah mendiskusikannya di side A buku ini.

Dalam banyak sesi pelatihan tentang komunikasi dan kepemimpinan (leadership), pertama sekali kita harus mengenali gaya komunikasi diri. Diskusinya tentang jenis-jenis gaya komunikasi  (bahkan dapat diperluas ke jenis-jenis kepribadian) . Self assessment (penilaian terhadap diri sendiri) biasanya dilakukan. Kejujuran menilai diri adalah kunci dalam mengenali gaya komunikasi diri. Terkadang tidak kita sadari.

Kita juga perlu mengetahui jenis komunikasi pelanggan atau kawan bicara kita. Kemudian kita dapat menyesuaikan dengan gaya komunikasi yang sesuai. Tujuan penyesuaian adalah memberikan kenyamanan bagi pelanggan.

Selain gaya komunikasi, penyesuaian dilakukan pula pada pilihan kata. Jangan sampai pilihan kata dan bahasa kita tidak dimengerti pelanggan/kawan bicara. Seperti ilustrasi di atas. Penjelasan dari Salesman kepada petani begitu ndakik (muluk). Untuk ukuran petani paruh baya. Perlu kata yang lebih sederhana.

(WS)

Posted on Leave a comment

Kerja Kompeten

Seri-14, Layanan

Secangkir Teh dan Sumber Pengetahuan

Pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam bekerja merupakan tiga hal pokok untuk dapat bekerja dengan baik. Gabungan tiga hal itu membentuk apa yang dimaksud dengan kompetensi.

Kompetensi bukan sekadar pengetahuan. Pengetahuan adalah bagian dari kompetensi, dan dasar bagi dua berikutnya (keterampilan dan sikap).

Tidak ada jalan lain untuk mendapatkan pengetahuan selain belajar. Apapun metode belajar yang ditempuh. Pilihlah yang kita sukai dan memungkinkan kita mengikuti dengan baik dan tuntas.

Dalam ilmu praktis/terapan (teknik penjualan misalnya), mengikuti pelatihan adalah yang paling mudah. Membaca adalah yang paling murah. Menyimak via media sosial dapat sedikit membantu, meskipun banyak informasi dan tampilan yang mengganggu, serta sangat terbatas hanya bab singkat tertentu. Yang jelas, kita harus berpengetahuan terhadap dunia yang kita berada di dalamnya. Kita hendaknya tidak berpuas atau masa bodoh dengan pengetahuan diri.

Terdapat pengetahuan yang wajib dimiliki oleh seorang penjual dan pemberi layanan. Misal pengetahuan tentang produk (product knowledge). Pengetahuan ini, harus dikuasi. Perusahaan (Wajib)  memberi pembekalan terkait pengetahuan produk.

Pengetahuan tentang bagaimana perjalanan pelanggan dalam mengambil keputusan pembelian (customer journey), juga wajib diketahui. Sehingga penjual dan pemberi layanan dapat memberikan dan melakukan aktivitas sesuai posisi pelanggan dalam customer journey.

Pengetahuan juga terkait hal-hal baru yang menunjang pekerjaan. Langsung maupun tidak langsung. Pengetahuan terkait pengembangan diri, pengembangan tim, pengambilan keputusan, hubungan sosial, pemecahan masalah adalah contoh pengetahuan yang sebaiknya dimiliki.

Pengetahuan akan percuma jika tidak dipraktikan. Pengetahuan juga mubazir jika diabaikan ketika sedang bekerja. Sama halnya dengan praktik tanpa di dasar pengetahuan yang memadai.

Pengetahuan tanpa praktik itu bullshit. Praktik tanpa dasar pengetahuan itu stupid.

Praktik, semakin sering dilakukan akan membuat kita terampil. Pengetahuan yang dipraktikan adalah keterampilan.

Keterampilan (skill) yang berhubungan dengan tanggung jawab pelaksanaan pekerjaan harus dimiliki dengan baik. Agar pelaksanaannya dapat berjalan efektif dan efisien. Keterampilan komunikasi, kepemimpinan, pengambilan keputusan, adalah bagian dari soft skill. Mengendarai kendaraan, teknik penjualan (sales operation), service operation, adalah contoh hard skill.

Untuk menjadi terampil tidak ada jalan lain selain memiliki pengetahuan dengan belajar yang diikuti berlatih, berlatih, dan berlatih. Praktik, praktik, praktik. Mempraktikan pengetahuan tentang ketrampilan yang telah diketahui. Dalam hal ini saya sepakat dengan ungkapan, tidak ada orang berbakat, yang ada orang yang mau terus berlatih atau tidak.

Sikap, attitude. Terkait dengan kejujuran, integritas, keandalan diri, daya tahan diri, amanah, dan akhlak diri. Sikap akan menentukan keputusan dan tindakan kita dalam situasi tertentu.

Sikap berasal dari nilai yang kita percaya dan ditampilkan dalam aksi diri. Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif adalah contoh nilai yang harusnya dimiliki oleh setiap insan dimanapun ia bekerja, tidak harus di BUMN. Sebutan nilainya bisa apa saja. Sikap positif berawal dari keyakinan dan pikiran positif, yang hendaknya dimiliki oleh penjual dan pemberi layanan.

(WS)